Rabu, 09 Januari 2008

gong bojawi logo

diskusi kliwonan 27 juli 2007

GENDA
Jumat Kliwonan di Gong Bojawi

SEMARANG - Forum Jumat Kliwonan mengadakan sarasehan "Peminggiran Kearifan Lokal" di Gong Bojawi, hari ini pukul 19.30. Pemantik diskusi pada acara di gazebo bambu depan Graha Estetika, Tembalang, itu adalah penyair Wage Teguh Wiyono.

Acara selapanan itu bertitik tolak dari keprihatinan atas kememudaran kearifan lokal yang terlindas kapitalisme global. Banyak kebijakan, misalnya politik ekonomi, menggerus peluang rakyat untuk mandiri. (gbs-53)

acara kliwonan

kami komunitas gong bojawi mengundang saudara yang tertarik dengan diskusi kebudayaan, untuk dapat hadir mengikuti diskusi malam jumat kliwon bertempat di Warung Gong Bojawi

kang lawu dan bojawi

Lawu dan Gong Bojawi

DENGAN dua batang hio swa menyala di tangan, Lawu Warta memulai ritualnya. Tangannya mengangkat sembah sembari mulutnya menyanyikan tetembangan sebagai doa.

Di depannya, seperangkat sesaji yang terdiri atas ingkung dan sega buceng (tumpeng kecil) lengkap dengan cabai dan bawang merah tertancap di atasnya. Juga sekendi air, segelas kopi, rokok kretek, tembakau, empon-empon, dan sepaket bebuahan terpacak di atas meja.

Malam itu, beberapa hari lalu, Gong Bojawi, sebuah galeri dan komunitas budaya yang dirintis Lawu, tepat berusia dua tahun. Sejak didirikan pada 2005, telah banyak aktivitas budaya yang dilakukan, terutama yang kental keberpihakan pada persoalan lingkungan.

Selain aktif mengampanyekan ecoart (kesenian berbasis lingkungan), Gong Bojawi juga menyediakan diri sebagai fasilitator untuk belajar bersama tentang budaya Jawa. Setiap malam Jumat Kliwon, di gazebo artistik di kompleks rumah makan Gong Bojawi, dilaksanakan sarasehan untuk keperluan itu.

"Gong Bojawi bisa mengada hingga rentang waktu dua tahun, tentu sesuatu yang patut disyukuri. Hal itu pasti karena berkah Gusti Allah dan juga dukungan kawan-kawan semua," katanya.

Seusai ritual itu, Lawu sebagai sahibul bait, menyalami satu per satu tamu. Kepada mereka, dia memanifestasikan terima kasih itu dengan sungkem yang takzim.

Cap Gila

Sebelum menetap di Gong Bojawi, Lawu berkesenian di Solo. "Alumnus" Bengkel Teater itu sempat memperoleh cap gila dari orang-orang sekampungnya di Solo. Itu karena cara pandang dan aktivitas Lawu sebagai seniman, tak dipahami oleh tangga teparo-nya. "Tapi saya tak mau menyerah. Orang tua tak mau, anak-anak yang saya dekati," katanya.

Maka dia pun mengajak anak-anak kampung untuk berteater, nyemplung ke kolam kesenian. Turut serta dalam komunitas yang dibangunnya, penyair Wiji Thukul yang sejak 1998 hilang tak tentu rimbanya.

"Dolanan menjadi pintu masuk ke dunia anak-anak. Ketika itu, kami menciptakan dolanan dan kemudian mementaskannya sebagai sebuah pertunjukan." (Achiar M Permana-45)

bermula dari makanan

Nikmatnya menu tradisional di Gong Bojawi

MENIKMATI me­nu masakan ber­cita rasa tradisional mungkin bisa Anda didapatkan di mana saja. Akan tetapi menikmati menu masakan tradisional di tempat yang be­nar-benar tradisional apakah pernah Anda rasakan? Bila belum sekali waktu memutarlah di Jalan Tirta Agung No 50 Pedalangan Banyumanik Semarang, tepat di muka Perum Graha Estetika Semarang.

Di lokasi tersebut, Anda bisa menemukan beberapa buah rumah bambu kecil berpencar-pencar dalam satu area yang diberi nama Pondok Lesehan Gong Bojawi. Uniknya, konstruksi rumah bambu tersebut ditata sedemikian rupa sehingga menumbuhkan nilai estetis.

Bukan hanya mengejar nilai estetis, be­berapa rumah bambu itu sistem peletakkannya juga diatur sedemikian rupa menyesuaikan sistem tata ruang tradisional Jawa. Para pengunjung bebas memilih, hendak bersantap di rumah teduh di bagian pelataran, bersantap di rumah luas di bagian pendapa atau bersantap di rumah sisi belakang di bagian senthong.

’’Kami memang menawarkan sisi kenyamanan dengan konsep tradisional Jawa. Kami percaya, masalah bersantap enak atau tidak enak itu bergantung pada masalah nyaman atau tidak nyaman. Kalau hati nyaman saat bersantap, makan apapun rasanya pasti enak. Ini filosofi yang kami pegang,” tutur Lawu Warta, pemilik Pondok Lesehan Gong Bojawi.

Menu
Menurut Lawu, di tempat yang dia kelola ini disediakan berbagai menu yang cara masaknya dengan ramuan bumbu tradisional Jawa. Namun dari beberapa menu tradisional yang ditawarkan, mereka memang memiliki beberapa menu andalan yang bisa diadu cita rasanya.

Beberapa menu andalan tersebut antara lain berbagai jenis bakar-bakaran seperti Gurami Bakar, Kakap Bakar, Lele Bakar, Karper Bakar bahkan sampai Ayam Bakar. Setiap menunya bisa dilengkapi dengan sambal Jawa, oseng kangkung, sayur asem serta untuk minumannya bisa dipadukan dengan es degan gula Jawa.

Untuk menekan harga, warung yang buka mulai pukul 10.00 WIB sampai pukul 23.00 WIB tersebut, menerapkan pula sistem paket. Harga masing-masing paket bisa berkisar antara Rp 7 ribu sampai Rp 25 ribu. Zainal Arifin ZA-Yn