Rabu, 09 Januari 2008

kang lawu dan bojawi

Lawu dan Gong Bojawi

DENGAN dua batang hio swa menyala di tangan, Lawu Warta memulai ritualnya. Tangannya mengangkat sembah sembari mulutnya menyanyikan tetembangan sebagai doa.

Di depannya, seperangkat sesaji yang terdiri atas ingkung dan sega buceng (tumpeng kecil) lengkap dengan cabai dan bawang merah tertancap di atasnya. Juga sekendi air, segelas kopi, rokok kretek, tembakau, empon-empon, dan sepaket bebuahan terpacak di atas meja.

Malam itu, beberapa hari lalu, Gong Bojawi, sebuah galeri dan komunitas budaya yang dirintis Lawu, tepat berusia dua tahun. Sejak didirikan pada 2005, telah banyak aktivitas budaya yang dilakukan, terutama yang kental keberpihakan pada persoalan lingkungan.

Selain aktif mengampanyekan ecoart (kesenian berbasis lingkungan), Gong Bojawi juga menyediakan diri sebagai fasilitator untuk belajar bersama tentang budaya Jawa. Setiap malam Jumat Kliwon, di gazebo artistik di kompleks rumah makan Gong Bojawi, dilaksanakan sarasehan untuk keperluan itu.

"Gong Bojawi bisa mengada hingga rentang waktu dua tahun, tentu sesuatu yang patut disyukuri. Hal itu pasti karena berkah Gusti Allah dan juga dukungan kawan-kawan semua," katanya.

Seusai ritual itu, Lawu sebagai sahibul bait, menyalami satu per satu tamu. Kepada mereka, dia memanifestasikan terima kasih itu dengan sungkem yang takzim.

Cap Gila

Sebelum menetap di Gong Bojawi, Lawu berkesenian di Solo. "Alumnus" Bengkel Teater itu sempat memperoleh cap gila dari orang-orang sekampungnya di Solo. Itu karena cara pandang dan aktivitas Lawu sebagai seniman, tak dipahami oleh tangga teparo-nya. "Tapi saya tak mau menyerah. Orang tua tak mau, anak-anak yang saya dekati," katanya.

Maka dia pun mengajak anak-anak kampung untuk berteater, nyemplung ke kolam kesenian. Turut serta dalam komunitas yang dibangunnya, penyair Wiji Thukul yang sejak 1998 hilang tak tentu rimbanya.

"Dolanan menjadi pintu masuk ke dunia anak-anak. Ketika itu, kami menciptakan dolanan dan kemudian mementaskannya sebagai sebuah pertunjukan." (Achiar M Permana-45)

Tidak ada komentar: